Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

KUSDONO RASTIKA, MEWARISI BAKAT MELUKIS KACA DARI SANG AYAH

Gambar
  Kusdono Rastika menunjukkan tabloid salah satu  pameran yang pernah diikuti Kusdono Rastika, Mewarisi Bakat Melukis Kaca Dari Sang Ayah Oleh : Titin Maryati "Bakat terpendam janganlah dipendam lebih dalam, tunjukkanlah ke permukaan hingga semuanya tahu. Jika tidak, kau hanya akan merugi dan sia-sia".      Sosok yang satu ini, menginspirasi saya secara pribadi. Membuat saya merasa harus lebih bersyukur serta lebih ingin meyakinkan diri, apa bakat saya sebenarnya? semoga kau akan sama setelah membaca kisah singkat ini.     Kisah ini mengenai seseorang bernama Kusdono Rastika, putra keempat dari lima besaudara dari seorang maestro pelukis kaca, Rastika (Alm). Bakat melukis kaca terturun hanya kepadanya. Kusdono Rastika, yang sekarang berumur 40 tahunan itu sedang berjemur di halaman rumahnya tepatnya masuk ke area Vila Gegesik kidul, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon ketika kami temui. Beliau duduk di kursi roda dan menyambut dengan hangat kedatangan...

SOSOK DALANG WAYANG KULIT GEGESIK

Gambar
  Sosok Dalang Wayang Kulit Gegesik Oleh : Titin Maryati           Islam menyebar ke Nusantara secara damai oleh para ulama yang dikenal dengan Walisongo. Penyebaran dakwah yang dilakukan ialah memanfaatkan bahasa lokal, memanfaatkan adat dan budaya, serta segala sesuatu yang menjadi minat dan kebutuhan masyarakat pada saat itu. Suatu waktu, masyarakat Jawa memiliki ketertarikan terhadap kesenian, hal itu membuat para Wali berdakwah menggunakan media berupa kesenian.  Kesenian yang menjadi media dakwah salah satunya adalah wayang purwa, wayang yang dibuat dengan corak Islam.          Dunia pewayangan kian berkembang, wayang tidak hanya bisa dinikmati coraknya tetapi dapat dinikmati pula dalam berupa pementasan wayang kulit dengan berbagai kisah yang menarik untuk dinikmati. Pementasan wayang pastinya ada dalang di balik layar, d alang  dalam dunia pewayangan diartikan sebagai seseorang yang mempunyai keahlian khu...

MENGENAL LEBIH DEKAT PENATA WAYANG GEGESIK, CIREBON

Gambar
Dokumen pribadi penulis Mengenal Lebih Dekat Penatah Wayang Gegesik  Oleh : Titin Maryati           Sekitar dua tahun yang lalu saya yang baru lulus SMK mengunjungi sebuah rumah sederhana, lebih tepatnya di Gegesik Kulon dekat dengan sungai. Tempat tinggalnya Ki Sawiyah, seorang penata wayang yang sampai sekarang tak lekang oleh zaman. Saya memiliki ketertarikan terhadap seni, sehingga saya sangat salut terhadap kecintaan beliau pada seni terutama seni menata wayang.           Saat ini saya mengunjungi Beliau lagi tetapi dengan keadaan yang berbeda. Posisi saya sebagai mahasiswi yang sedang melaksanakan KKN-DR, KKN yang dilaksanakan dari rumah akibat pandemi belum musnah. Tujuan saya kembali menemui beliau yaitu selain ingin mengetahui kabar Beliau, saya pun ingin tahu apakah harapan Beliau yang mungkin telah diketahui banyak orang itu sudah terwujud atau masih menjadi angan.          Kini, Beliau ...

IBU DI BELAHAN BUMI LAIN

Gambar
Ibu di Belahan Bumi Lain Oleh : Ti2n Maryati     Kata beberapa anak kecil, ibu seperti sosok peri rumah atau juga bidadari tak bersayap, karena ibu telah berjasa melahirkan anak-anaknya, bahkan surga berada di telapak kakinya. Kata temanku, ibunya cerewet, karena selalu melarangnya mandi hujan-hujanan, melarangnya nonton TV atau main game seharian, sehingga temanku selalu menggerutu. Kata temanku juga, ibunya hebat, ibunya mengajarkan dia membaca dan menghitung, menyiapkan makanan yang enak-enak, dan membantu mengerjakan PR dari sekolah, sehingga dia memuji-muji ibunya di depan teman-temannya. Ketika semuanya makan bekal, ia membuat iri yang bekalnya hanya nasi goreng plus telur ceplok, sedangkan ia, memiliki bekal yang selalu berganti macam setiap harinya.       Kata temannya temanku juga, ibunya cantik bak Bona, seekor gajah pink di majalah Bobo yang senang kami baca. Seperti superstar yang berkilauan di atas panggung, ibunya merias wajah ketika hendak pe...

LUBIS

Gambar
      LUBIS   “Aku pernah sekali membunuh seseorang. Dengan sepenuh hatiku.”         H idupku penuh kebencian diri sendiri, melakukan segala hal tanpa tahu arah angin membawaku pergi. Hal bodoh yang kurasakan akhir-akhir ini adalah membiarkan mulutku makan, mataku terpejam, dan menghirup udara kota yang sebenarnya menyegarkan, sebegitu egoisnya. Banyak hal telah berlalu, aku seakan menjadi manusia linglung dari dunia yang hanya seluas langkah kaki ini. Tak kupantas menerima ketenangan yang diberikan Tuhan dan semesta. Tak mengapa segala nyawa meneriakiku orang yang tidak tahu terima kasih, tidak bersyukur atau pun lainnya. Karena aku tak tahu bagaimana perasaanku sendiri.              Selama ini, hatiku selalu gelisah sehingga menutupiku dari keindahan dunia. Mimpi buruk sudah memenuhi sebagian dari hidupku, mimpi mengenai rasa bersalah dan seduh sedan balas dendam, merah darah di selimut putih, ...

(CERPEN) - KEBAHAGIAAN WA IYEM

Gambar
Gambar oleh penulis           Melalui malam yang panjang, suatu pagi datang dengan bisikan burung kecil berterbangan ke pucuk pohon mangga di sekitar rumah. Lautan padi merunduk, menopang embun yang mengkilap jika dilihat dari jauh. Pagi yang terang, membawa mereka, para petani pergi ke kebunnya. Tetapi, ketenangan itu tidaklah lama untukku karena suara nyaring dari musik box mulai mengiming-iming dan lantang dari rumah bambu di samping rumahku. Suaranya jelas yaitu tarling Baridin dan Ratmina yang sering aku dengar, bahkan aku hapal dialog-dialog tarling bahasa Jawa yang terkenal pada zamannya itu. Sedangkan di belakang rumahku juga mengaktifkan musik box dengan nyanyian biduan yang mengalun-alun melengking, itulah dangdut.           Entah mengapa daerah rumahku bising karena mereka memiliki musik box, atau mungkin diriku saja yang tidak nyaman dengan putaran audio mereka. Aku masih kuliah, kuliah daring akibat viru...